TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Sebanyak 40 seniman DIY memamerkan karya seni rupa bertema Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X (Sultan HB X).
Pameran yang dikuratori Suwarno Wisetrotomo ini bertajuk Hamengku Hamangku Hamengkon tersebut untuk memeriahkan 80 tahun Sri Sultan Hamengku Bawono X. Pameran yang dimulai pada Senin (11/12/2023) hingga 26 Desember 2023 ini berlangsung di Jogja Gallery.
Dalam tema tersebut terdapat tiga kata. Artinya adalah Sri Sultan HB X melindungi seluruh rakyat secara adil tanpa membeda-bedakan golongan, keyakinan dan agama (hamengku), berkewajiban membesarkan hati seluruh rakyatnya untuk lebih banyak memberi daripada menerima (hamangku).
Kemudian, berkewajiban memberikan teladan bagi seluruh rakyatnya dan berdiri di depan untuk memikul tanggung jawab dengan segala risikonya (hamengkoni).
Menurut penyelenggara Suwarno, momentum pameran ini dimanfaatkan para perupa untuk merenungi kosmos Yogyakarta dengan Kraton Yogyakarta Hadiningrat sebagai episentrumnya.
"Juga sekaligus kecemasan terhadap situasi politik, ekonomi Indonesia mutakhir dan merayakan eksistensi Sri Sultan HB X terhadap masyarakat Indonesia dan dunia,” kata Suwarno, Selasa (12/12/2023).
Dalam pameran ini, para perupa berupaya menafsir, memaknai, mendoakan, mungkin pula berpengharapan, memberikan respon kritis melalui bahasa visual.
“Para perupa selalu punya cara bagaimana bersuara atau melantunkan doa dan menyampaikan harapan-harapan. Justru karena melalui bahasa, bentuk, rupa simbolik atau metaforis maka karya-karya ini menjadi penuh daya tarik sekaligus multitafsir,” papar Suwarno.
Di sisi lain, Sri Sultan HB X saat membuka membuka pameran ini berharap, pameran ini dapat mengundang minat khalayak umum untuk menyelami berbagai pesan bermakna dibalik berbagai karya seni rupa yang disajikan. Atau menjadi wadah kebebasan ekspresif yang terekam dalam pikiran dan rasa seniman.
“Bagi saya pribadi, pameran ini bisa dikategorikan sebagai suatu peristiwa budaya yang dapat memberikan kesempatan kepada pecinta seni dan masyarakat lintas generasi agar bisa memahami berbagai pesan moral melalui setiap karya yang tersaji menghasilkan karya yang mumpuni. Terutama berbicara tentang keistimewaan Jogja,” ujarnya.
Menurutnya, pada pemilihan tema pameran tersebut, mengingatkan dirinya saat upacara jumenengan sekian tahun yang lalu.
Adapun para peserta Pameran itu yakni diantaranya Astuti Kusumo, Bambang Heras, Butet Kartaredjasa, Chandra Rosselini, Diah Yulianti, Dicky Takndare, Dyan Anggraini, Erica Hestuwahyuni, Endang Lestari, F. Sigit Santoso dan Gunawan Bonaventura.
Lalu ada Hari Budiono, Heri Dono, Iwan Yusuf, Iqi qoror, Isur Suroso, Januri, Joko Sulistyono, Jumaldi Alfi, Katirin, Kartika Affandi, Klowor Waldiono, Laila Tifah, Ledek Sukadi, Lucia Hartini, Mahdi Abdullah, Melodia, Nanang Wijaya, Nano Warsono dan Nasirun.
Tak ketinggalan, Pupuk Daru Purnomo, Putra Wali Aco, Putu Sutawijaya, Subandi Giyanto, Sabar Jambul, Soegian Noor, Syahrizal Pahlevi, Ugo Untoro, Yaksa Agus dan Yuswantoro Adi. (*)
Pewarta | : Olivia Rianjani |
Editor | : Ronny Wicaksono |