https://jogja.times.co.id/
Berita

GKBRAy Adipati Paku Alam X: Batik Punya Nilai Ekonomi Tinggi

Senin, 14 Juni 2021 - 22:35
GKBRAy Adipati Paku Alam X: Batik Punya Nilai Ekonomi Tinggi GKBRAy Adipati Paku Alam X ketika memberikan contoh batik tulis kepada peserta (FOTO: Ahmad Tulung/TIMES Indonesia)

TIMES JOGJA, YOGYAKARTA – Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam X atau GKBRAy Adipati Paku Alam X pada acara Pelatihan Batik Tulis dan Teknologi Pewarnaan Alami yang di gagas oleh LPPM UAD bekerja sama dengan Joglo Balai Agung Cendana menyampaikan rasa bangga dengan adanya pelatihan batik tulis ini.

Menurutnya kegiatan ini luar biasa apalagi batik tulis Yogyakarta, saat ini, katanya jarang sekali orang tau tentang apa itu batik tulis. “Batik tulis Yogyakarta itu seperti apa toh,” ujar GKBRAy Adipati Paku Alam X di Joglo Balai Agung Cendana, Semaki Kota Yogyakarta, Senin (14/6/2021)

Mengenal batik tulis, menurutnya batik tulis Yogyakarta itu ada empat macam, pertama batik tulis Parang, dari Parang Barong sampai parang yang kecil-kecil sekali. Kedua, batik Ceplok (perkotak-kotak) banyak sekali macamnya dan yang terkenal di D.I.Yogyakarta itu batik Purwonegoro, karena dulu pernah di lombakan batik tulis Purwonegoro karena filosofinya yang luar biasa sekali.

Ketiga batik tulis Semenan, semenan itu seperti Wahyu Tumurun, Sidomukti, Sidoasih dan lain-lain banyak sekali macamnya, dan keempat batik tulis Nitik, itulah batik yang sebetulnya hampir punah. karena semua pembatik, bisa batik nitik karena cantingnya itu harus dibelah empat.

“Sekarang ini Yogyakarta dengan adanya perkampungan atau perkumpulan batik Nitik, jadi malah batik nitik mendapat identitas geografi yang diakui seluruh dunia, bahwa batik nitik adalah khas Yogyakarta,” terang GKBRAy Adipati Paku Alam X yang juga Istri Wakil Gubernur DIY ini.

contoh-batik-tulis-kepada-peserta.jpgPeserta pelatihan ketika dikenalkan bahan dasar untuk batik tulis (FOTO: Ahmad Tulung/TIMES Indonesia)

Permaisuri Kadipaten Pakualaman Yogyakarta ini menjelaskan bahwa Yogyakarta oleh Word Craf Council atau WCC adalah sebagai kota batik dunia. “Kita bangga dengan Yogyakarta sebagai kota batik dunia, itu kriterianya ada tujuh yang saingan kita adalah Solo, Pekalongan, Slasem, Madura, dan kota-kota lainnya. Tapi kita mempunyai 7 kriteria itu maka Yogyakarta dipilih menjadi kota batik dunia,” terangnya

Namun demikian, ia pun mengingatkan agar kita jangan hanya sebagai penonton saja, kita harus masuk didalammnya. Nah dengan adanya pelatihan batik ini, jadi kita tahu cara membatik itu seperti apa, dan harus membatik lebih baik lagi.

“Pewarna alam itu gampang-gampang susah untuk mewarnanya, tapi kalau kita tekun, disiplin itu bisa,” ujarnya yang juga sebagai Wakil Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) D.I.Yogyakarta

Dihadapan 200 peserta pelatihan, ia mengungkapkan bahwa saya itu seorang pembatik. Pada saat ini batik saya, saya jual dengan harga paling sedikit 20 juta. Kenapa saya menjual tinggi, karena saya tidak mau melawan pembatik-pembatik yang ada Yogyakarta.

“Batik saya laku tinggi karena pengerjaannya detail, setiap motif 10 dan punya filosofi yang luar biasa, saya ambil dari batik-batik saya itu dari gambar-gambar atau iluminasi yang ada di naskah-naskah kuno kadipaten Pakualaman. Jadi ada harga ada barang,” tuturnya

Ia menambahkan tidak hanya pelukis-pelukis saja sebetulnya yang bisa menjual satu lukisan bermilyar-milyar, kita para pembatik juga bisa tunjukkan pada dunia bahwa kita mampu untuk menjual batik seperti para lukisan-lukisan yang luar biasa.

Membatik itu harus ada filosofi dan arti yang bagus, karena orang-orang luar negeri kalau mau membeli batik tidak hanya batiknya yang dilihat, tapi filosofi yang ada didalamnya.

“Saya di Pakualaman juga selalu melatih warga Kecamatan Pakualaman untuk membatik, dan saya juga memberitahu ke mereka batik-batik saya. Kita boleh mengenalkan di website dan melalui online, tapi jangan sampai tidak terkenal di lingkungannya,” ungkapnya

Terakhir tantangan dalam hal membatik khusunya di Yogyakarta, adalah regenerasi, karena anak-anak muda sekarang itu untuk membatik tidak terlalu suka. Kemudian pengetahuan tentang batik tulis memang jarang, bagaimana cara batik tulis yang baik dan benar.

“Saya kalau membatik paling sedikit tiga bulan itu baru jadi, jadi harus bolak-balik, dicelup lagi, di lorot lagi, dibatik lagi, jadi prosesnya lama sebetulnya kalau memang benar-benar batik tulis yang baik,” paparnya

Dalam kesempatan itu, ia mengajak masyarakat Yogyakarta utamanya perempuan-perempuan Yogyakarta marilah membatik, karena membatik itu punya nilai ekonomi yang tinggi. “Mereka tidak tau bahwa membatik itu punya nilai ekonomi yang tinggi, mereka taunya membatik itu hanya sekedar membatik,” imbuhnya

Kegiatan Pelatihan Batik Tulis ini selain dihadiri GKBRAy Adipati Paku Alam X, juga turut dihadiri oleh Camat Umbulharjo Kota Yogyakarta, Lurah Semaki, Pengelola Joglo Balai Agung Cendana Kota Yogyakarta, dan perwakilan dari UAD , dan mahasiswa pemgabdian masyarakat UAD. (*)

Pewarta : A. Tulung
Editor : Imadudin Muhammad
Tags

Berita Terbaru

icon TIMES Jogja just now

Welcome to TIMES Jogja

TIMES Jogja is a PWA ready Mobile UI Kit Template. Great way to start your mobile websites and pwa projects.